Review Buku : “Lontara Bukan Hanya Aksara Bukan Hanya Media Perantara, Ia Juga Saksi Sebuah Sejarah dan Kutukan Cinta”

KTMNote- Lontara merupakan sebuah novel karya Windy Joana yang diterbitkan 27 April 2023. Windy mulai menggarap novel LONTARA ini pada 25 Maret 2022. Novel bergenre fiksi sejarah & fantasi,  yang menceritakan mengenai makhluk mitologi suku bugis to manurung (orang yang diturunkan dari langit) namun, banyak bukti jika to manurung  nyata adanya di muka bumi.

 

Salah satu buktinya adalah naskah kuno orang bugis, sureq La Galigo. Mereka diturunkan oleh Dewata UsewaE’ (Tuhan yang maha Esa) untuk mengatasi konflik di suatu wilayah untuk mengatasi konflik yang terjadi di wilayah tersebut, selain itu untuk mengisi kekosongan kursi kepemimpinan dan mendamaikan wilayah konflik.

Berlatar belakang 15 masehi masa kini. To manurung  diturunkan oleh Dewata UsewaE’  dianggap hanyalah sebuah mitos. namun, ternyata masih hidup hingga masa kini,  ada sebuah tugas yang tidak bisa diselsaikannya pada masa lampau hingga membuatnya tidak bisa membumi dan tidak bisa kembali ke langit asalnya.

Novel yang tebalnya 327 halaman sangat Saya rekomendasikan untuk dibaca. Novel ini termasuk kedalam katagori novel best seller. Novel terbitan LovRinz ini sangat banyak diburu oleh para pembaca novel fantasy.

  

Pada buku ini, penulis memberikan pemaparan mengenai kisah cinta di masa lampau antara to manurung dan seorang raja bernama Puang Riampulung yang dikemas menggunakan alur yang kompleks, serta bahasa yang mudah dipahami dan pemilihan diksi pilihan yang indah membuat cerita tersebut semakin menarik. 

Tokoh to manurung yang diberi nama Mabello Cantika Manurung digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki paras yang rupawan, hati yang lembut dan juga kecerdasannya. Sedangkan tokoh Puang Riampulung digambarkan sebagai tokoh yang tak kalah rupawan, sosok yang gagah serta di segani oleh para rakyatnya.

Salah satu kutipan dari naskah kuno bugis sureq La Galigo yang dicantumkan penulis pada novel tersebut ialah “pole na’ pelele winru, tenre kutuju mata, padanna sulisa”. Dikemas menggunakan diksi yang sangat ramah dimata para pembaca membuat novel ini sangat menarik. Memadukan antara kultur suku bugis dan kultur modern masa kini. Membaca novel ini membuat kita tertarik pada masa lampau.(*)