Mengikuti Panggilan Hidup : Cinta Dalam Menjadi Imam Perspektif Erich Fromm

Mengikuti Panggilan Hidup : Cinta Dalam Menjadi Imam Perspektif Erich Fromm

Penulis : Yasintus Arianto Tafuli
(Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
)

KTMOpini-  Kehidupan manusia di zaman modern ini dipenuhi dengan berbagai macam kesibukan yang mengedepankan invidualisme  dan materialisme. Di tengah kesibukan dunia ini ada satu fenomena khusus yang  menceritakan tentang panggilan hidup yang sangat menggugah hati dan pikiran, yaitu panggilan hidup menjadi imam. panggilan hidup menjadi imam membutuhkan kesediaan dan kesiapan hati untuk taat dan setia pada kehendak Tuhan, taat pada para pembina, dan taat pada aturan hidup yang berlaku. Dalam pandangan Erich Fromm, seorang filsuf dan psikolog berkebangsaan Jerman, cinta merupakan inti dari segala bentuk hubungan manusia yang autentik, termasuk panggilan hidup menjadi imam.

Erich Fromm dalam karyanya yang sangat terkenal The Art Of Loving mengatakan bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tindakan aktif, pengorbanan, dan dedikasi yang tulus. Dalam konteks menjadi imam, cinta terwujud dalam bentuk pengabdian kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama. Seorang calon imam dan imam tidak hanya dituntut untuk memberika bimbingan rohani, tetapi lebih dari itu harus adanya kesediaan dan kesetiaan untuk mendengarkan, memahami, dan merangkul umat dengan penuh kasih sayang.

Sebuah kisah nyata adalah Pastor Antonius, seorang imam muda yang baru saja ditabiskan dan ditugaskan di sebuah paroki di pedalaman. Pastor Antonius meninggalkan karir yang menjanjikan di dunia bisnis demi mengikuti panggilan hidup menjadi hamba Tuhan. Bagi Pastor Antonius, menjadi imam adalah bentuk cintanya yang paling murni seperti yang dikatakan oleh Fromm. ‘’Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang mematahkan dinding yang memisahkan manusia dari sesamanya’’. Kata Pastor Antonius, mengutip Fromm. Dalam kesehariannya, Pastor Antonius tidak saja memimpin perayaan ekaristi atau memimpin misa dan melayani sakramen, tetapi juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di komunitas maupun di masyarakat. Pastor Antonius sering mengunjungi rumah umat dan membantu mereka yang membutuhkan, membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu dalam hal intelektual maupun ekonomi. Semuanya Pastor Antonius lakukan dengan penuh cinta dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.

Kisah singkat mengenai Pastor Antonius menjadi bukti nyata bahwa cinta terhadap panggilan hidup menjadi imam, dalam perspektif Erich Fromm, merupakan pengabdian yang tulus dan kreatif kepada Tuhan dan sesama. Dalam situasi dunia yang dipenuhi kekerasan dan ketidakpedulian, cinta seperti ini membawa harapan dan inspirasi bagi banyak orang. Melalui cinta yang aktif dan penuh pengorbanan, para imam seperti Pastor Antonius menjadi simbol yang nyata dari kasih Tuhan yang hadir di tengah-tengah umat manusia, menunjukkan bahwa panggilan hidup yang dijalani dengan cinta yang tulus dan murni, dapat mengubah dunia menjadi lebih baik.(*)
KTM OpiniKTM Opini

Postingan ini dikirim oleh Yasintus Arianto Tafuli. Jika ingin tulisan kamu terbit di Media KTM silahkan klik tombol kirim tulisan yang ada di sudut kanan atas halaman ini.

Bagaimana tanggapan kamu?
Rekomendasi Untuk Kamu
Tampilkan komentar (5)